Cerita Kita

(1)Pentingnya sebuah penghargaan


Mrs. Helice seorang guru di salah satu SMA di kawasan California. Pada suatu ketika ia memanggil para muridnya ke depan kelas. Sejujurnya Mrs. Helice ingin mengucapkan terima kasih, karena menurut Bu Guru, semua muridnya selama ini telah memberikan sumbangan yang positif bagi dirinya baik sebagai guru, maupun bagi kelangsungan belajar di kelas itu.

Pada kesempatan itu kemudian Mrs. Helice memanggil satu persatu muridnya ke depan. Ia ucapkan terima kasih dan dijelaskannya tentang apa yang telah disumbangkan murid-muridnya itu bagi Bu Guru. Sebagai tanda terima kasih, ia kemudian menyematkan sebuah pita jingga kepada semua muridnya, disamping itu Bu Guru juga memberikan lagi masing-masing tiga pita jingga. Katanya  ‘ tiga pita ini’ demikian ujarnya ‘bisa kamu berikan kepada siapa saja yang menurutmu telah memberikan sumbangan positif bagi hidupmu’.

Pita-pita jingga bergulir. Salah satu diantara sekian banyaknya murid Mrs. Helice mendatangi eksekutif yunior sebuah perusahaan. Remaja ini dengan tulus ikhlas menyampaikan terima kasih, karena sang eksekutif pernah membantunya membuat rencana karir untuk masa depannya. Iapun menyematkan pita jingga kepadanya. Sang  eksekutif terpana. Selama ini belum pernah ia mendapat perhatian seistmewa ini. Lalu iapun diberi dua pita jingga dan iapun berpikir, ’Akan aku akan berikan kepada siapakah gerangan’.
Sang eksekutifpun masuk ke ruangan pimpinan perusahaannya. Selama ini sang pimpinan dikenal sebagai orang yang selalu menggerutu, mengomel dan selalu saja tidak puas atas kerja bawahannya. Namun Sang Eksekutif yunior tetap menghadap pimpinannya.

‘Tuan, telah sekian lama saya bekerja di perusahaan Bapak, selama itu pula saya telah menikmati gaji, anak istri sayapun bisa hidup sejahtera. Jujur saja saya katakan, Bapak orangnya keras, tapi jenius dan sangat kreatif’. Pimpinan terpana........ Belum pernah ia dihargai seperti itu.  Sementara iapun berujar ’Sebagai tanda terima kasih ijinkan saya menyematkan pita jingga  ini’. Pimpinan makin terpana,’ Y…Yy…yaa, tentu ... tentu saja boleh, silahkan !’

Selepas  menyematkan pita jingga iapun memberikan sebuah pita jingga kepda pimpinan. Sekian menit setelah berlalu, sorepun berganti petang menjelang malam. Namun Sang Pimpinan masih saja terpana, betul-betul kejadian itu membuatnya sangat terkesan dalam hati.
Dug, ... tiba-tiba terlintas didalam benaknya, betapa selama ini ternyata aku telah mengabaikan anakku. Terkadang  aku bahkan membentakmu, nak ! Karena nilaimu tidak maksimal, kamarmu kacau balau. Padahal aku tidak pernah mendampingimu’ Sang pimpinanpun bergegas pulang.

‘Nak hariku betul-betul sarat dengan kesibukan, aku amat kurang menyayangimu. Namun, Nak malam ini aku betul-betul ingin duduk berdua saja denganmu. Jujur Bapak katakan, kamu benar-benar telah memberikan suatu sumbangan untuku. Selain ibumu, engkaulah orang yang terpenting dalam hidupku. Nak, ... ijinkan bapak menyematkan pita jingga ini untukmu. Aku mencintaimu, Nak !

Terkesima, ia menatap tajam ayahnya, lalu iapun tersedu-sedu. Air matanya mengalir. Tangisan tak bisa dihentikan, tubuhnya terguncang-guncang. Dengan terbata-bata ia berkata : ‘ Ayah, ..aku sebenarnya berencana akan bunuh diri besok pagi,  ...Yah. Aku pikir bahwa aku tak punya ayah. Aku pikir Ayah sudah tidak peduli lagi paadaku, .... tidak mencintaiku. Huu…huu  ( suara tangisnya semakin keras ), kini aku tahu, ... bahwa aku tak perlu melakukan lagi  hal itu. Sebab hidupku kini telah terasa  benar-benar berarti lagi.

Demikianlah kisah yang pernah diceritakan oleh Bu Helice Bridges, seorang guru SMA di Del Mar California. Kisah ini mengajarkan kepada kita semua tentang sangat berartinya sebuah penghargaan dan ucapan terima kasih kepada orang lain.

Sumber Musbikin Imam-Mendidik ala Sinchan

(2).Menulis di Atas Pasir


Alkisah ada dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi suatu padang pasir. Di tengah perjalanan ternyata mereka berselisih paham dan bertengkar, dan salah seorang menampar pipinya. Orang yang kena tamparan sahabat karibnya tadi benar-benar merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU TELAH MENAMPAR PIPIKU.



Mereka berdua terus berjalan, sampai akhirnya menemukan sebuah oasis, dimana mereka kemudian memutuskan untuk mandi. Sahabat yang pipinya terkena tamparan dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU TELAH MENYELAMATKAN NYAWAKU.



Orang yang menolong dan menampar sahabatnya tadi bertanya, ” Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menuliskannya di batu ?” Temannya sambil tersenyum menjawab, ” Ketika seorang sahabat melukaiku, maka akan kutuliskan di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan segera menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, maka akan aku pahat di atas batu hatiku, agar tidak hilang tertiup angin.”



Sahabatku, cerita sederhana di atas, bagaimanapun juga lebih mudah dibaca daripada diterapkan. Dalam hidup kita yang singkat ini mudah sekali timbul yang namanya beda pendapat, selisih paham dan bahkan konflik oleh karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masa lalu. Jadi …… Belajarlah menulis di atas pasir.



Karena itu, mungkin aku pernah menyakiti hatimu dan kau tidak membalasnya, dan mungkin juga kau menyakiti hatiku karena aku telah menyakitimu. Namun hanya dengan ijin-Nya aku akan berusaha memaafkannmu. Tapi yang aku takutkan adalah kalian takkan mau memaafkanku. Sungguh, sahabatku, dosa-dosa kepada Tuhanku telah menghimpit kedua sisi tulang rusukku hingga membuat aku sesak. Janganlah ditambah lagi dosa dari sesama.



Saudaraku, jika kalian tidak sanggup mendoakan aku agar aku “ada” di hadapan-Nya, maka ikhlaskan segala kesalahan-kesalahanku. Tolong jangan kau tambahkan kehinaan pada diriku dengan mengadukan kepada Tuhan bahwa aku telah menyakiti hatimu.


(3) Baut Kecil

Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas, baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula.

Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, “Awas! Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!”

Teriakan itu didengar oleh lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam.

“Sobat kecil, bertahanlah… kami mendukungmu…!”

Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya di antara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal.



(4). Anak Rajawali

Di tengah hutan belantara, di atas sebuh pohon yang tinggi besar dan berdaun lebat, bersaranglah seekor burung rajawali. Dalam sarang tersebut terdapat beberapa telur yang siap menetas. Pada suatu hari, datanglah angin kencang yang menerjang pohon tersebut sehingga satu dari telur-telur rajawali tersebut jatuh. Namun beruntung, telur tersebut jatuh tepat di atas sarang seekor ayam (hutan) sehingga tidak pecah. Kemudian telur tersebut menggelinding menyatu dengan telur-telur ayam yang sedang dierami sang induk.

Hari berganti hari, akhirnya telur rajawali tersebut menetas juga bersama telur-telur ayam lainnya. Dijalaninya hari-hari baru dengan anak ayam yang lain dengan rukun dan ceria. Ke mana-mana mereka bersama, mencari makan dan bermain menelusuri pelosok hutan. Semakin hari tubuh anak rajawali semakin besar dan ia melihat perbedaan fisiknya dengan anak ayam yang lain sehingga timbul penasaran dalam hatinya.

Suatu hari ia memberanikan bertanya kepada induknya, “Bu, kenapa tubuhku berbeda dengan yang lain? Kenapa tubuhku lebih besar dan sayapku lebih lebar?”

Namun sang induk enggan menjawab pertanyaan itu. Akhirnya anak rajawali pun hanya bisa diam dengan rasa ingin tahu yang terpendam di dada. Lama-kelamaan ia pun tak lagi menghiraukan penasarannya itu.



Suatu ketika ia melihat seekor rajawali sedang terbang tinggi di angkasa. “Oh, betapa indah dan hebatnya rajawali itu, terbang menjelajah di angkasa. Alangkah gagahnya…” gumamnya dalam hati. Ia pandangi rajawali yang sedang terbang itu dengan kagum. Sejak saat itu ia sering menyendiri dan merenung. Ia ingin sekali bisa terbang seperti rajawali tersebut.

Beberapa hari kemudian ia kemukakan keinginannya untuk bisa terbang pada sang induk ayam. Namun dengan ketus sang induk hanya berkata, “Kamu hanya seekor anak ayam, mana mungkin bisa terbang seperti rajawali… Kamu jangan mimpi yang aneh-aneh, nak!”

Tak peduli dengan apa yang dikatakan sang induk, ia pun berusaha mengepakkan sayapnya. Tapi setiap kali ia berlatih terbang, maka anak ayam yang lain mengejeknya dan berkata, “Kamu ingin terbang? Ha..ha..ha.., kamu gila! Kamu kan anak ayam, mana mungkin bisa terbang.”

Mendengar itu semua, anak rajawali itu tidak menjadi sedih dan patah semangat. Justru ia semakin menguatkan impiannya untuk bisa terbang. Ia berlatih tiap hari dengan semangat membara. Jatuh-bangun ia lalui, namun ia terus mencoba untuk bisa terbang. Ia tak pernah menyerah walaupun tubuhnya penuh luka. Ia terus mencoba! Akhirnya ia pun bisa terbang. Mula-mula ia terbang rendah. Namun, lama-kelamaan ia pun bisa terbang tinggi di angkasa. Kini ia menjalani kehidupan sebagai Rajawali, namun tidak pernah lupa dengan saudara-saudara dan induk yang telah membesarkannya. Ia kini telah menjadi Sang Rajawali Sejati…!



Nah, sahabat yang budiman. Tahu nggak? Sebenarnya kita semua adalah anak rajawali, sama seperti anak rajawali tersebut di atas. Sesungguhnya kita bisa terbang tinggi menjelajah angkasa dengan gagah perkasa.

Sesungguhnya kita terlahir sebagai anak rajawali dan memiliki potensi naluriah sebagai seekor rajawali yang gagah perkasa. Namun malangnya, kita hidup di lingkungan ayam, mengadopsi pemikiran-pemikiran ayam, dan akhirnya hidup sebagai seekor ayam. Kita dengan kejam mengubur impian-impian kita untuk bisa terbang di angkasa sebagai rajawali sebagaimana mestinya. Kita terlalu pasrah dengan keadaan, dan akhirnya mati membusuk sebagai seekor ayam.

Maka sahabat, kalau kita benar-benar ingin terbang, kita harus berani mengepakkan sayapnya dan melompat. Tak peduli sebanyak apa kita jatuh, maka sebanyak itu pula kita melompat lagi. Percayalah kita pasti bisa karena kita adalah anak rajawali!

Kalau kita benar-benar ingin terbang, kita harus berani keluar dari konteks seekor ayam dan berpikir dengan konteks rajawali. Yakinlah kita pasti bisa karena kita adalah anak rajawali!

Lihatlah sahabat, angkasa membentang indah tak bertepi. Kita dapat melihat keindahan bumi manapun dari sini. Kita bisa pergi ke manapun yang kita mau. Kita bisa menjadi diri kita sendiri!

(5)PERTAPA MUDA DAN KEPITING

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.


Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.


Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.


Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.


Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.


Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?”


“Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,” jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.


Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan?”


Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan.”


Pembaca yang budiman,


Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.


Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.


Sumber : www.andriewongso.com



(6) MENJADI DIRI SENDIRI

Oprah Winfrey lahir di Mississisipi dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey. Ayahnya mantan serdadu yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya seorang pembantu rumah tangga. Karena keduanya berpisah maka Oprah kecil pun diasuh oleh neneknya di dilingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luarbiasanya, di usia 3 tahun Oprah telah dapat membaca Injil dengan keras. 
“Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia” katanya dalam suatu wawancaranya. Pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara sepupu ibunya beserta teman-temannya dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal dua minggu setelah dilahirkan. 
Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik dengan sangat keras dan disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak disadari bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar, percaya diri dan berdisiplin tinggi. 
Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi yang diundang ke Gedung Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Oprah pernah memenangkan kontes kecantikan, dan saat itulah pertama kali dia menjadi sorotan publik.. Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV di bangun diusia 19 tahun. Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai pembaca berita stasiun TV lokal tersebut. Oprah memulai debut talkshow Tvnya dalam acara People Are Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah yang akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa! 
Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif mengusik hatinya untuk berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah sadar, bila dia bisa mengajak seluruh pemirsa telivisi, maka bersama, akan mudah mewujudkan segala impiannya demi membantu mereka yang tertindas. 
Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.  Dan yang terakhir, pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah khusus anak-anak perempuan di kota Henley-on-Klip, di luar Johannesburg, Afrika selatan, yang didirikannya bersama dengan pemirsa acara televisinya. Oprah menyisihkan 20 juta pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- )atau 340 milyiar rupiah dari kekayaannya. “Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan ini, kita akan memulai mengubah bangsa ini” ujarnya berharap.
Kisah Oprah Winfrey ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi nasib. Dia berjuang keras untuk keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil. Dia punya mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!

Sumber : …… Terima kasih untuk penulis artikel ini, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda . Amin!



(7)KERJA LEBIH BERNILAI


Adalah seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, lewatlah seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya. ”Om beli bunga Om.” ”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya. ”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil. Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.” Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu.


Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.” Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. ”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengulurkan uangnya kepada si gadis kecil. Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. ”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?” Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”


Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.


Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran kita dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh tentulah akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan.

sumber : andriwongso.com


(8) Membangun Kepercayaan Diri


Pembukaan Paralympic ke 13 di Beijing-Cina bulan Agustus 2008 lalu memberi pelajaran berharga tentang bagaimana berteman dengan kekurangan dan pentingnya kepercayaan diri untuk meraih kebahagiaan.

Pembukaan acara tersebut diawali oleh aksi Hou Bin, yaitu seorang pemegang 3 medali emas lompat tinggi paralympic. Semula ia duduk di kursi rodanya. Dengan penuh percaya diri ia menarik tambang hingga posisi tubuhnya sedikit demi sedikit terangkat.


Sekali waktu ia mencoba istirahat. Sementara itu tepukan dan teriakan penonton semakin membahana untuk memberinya semangat. Perjuangan yang tak kenal lelah membuatnya sampai di ketinggian 40 meter dan berhasil menjalankan misinya menyalakan obor pembukaan Paralympic ke 13 Beijing 2008.


Sesudahnya acara diisi dengan tarian para penari tuna runggu. Diantara mereka ada seorang gadis kecil berusia 11 tahun. Li Yue, kakinya cacat tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa bumi di propinsi Sichuan 12 Mei 2008, menari dengan penuh semangat dan senyum yang terkembang indah.


Sekalipun hanya duduk di kursi roda, ia mencoba mengikuti alunan musik dengan tariannya. Li Yue kemudian berkata, ”Gempa bumi bisa menghancurkan tubuh badan saya, tapi ia tidak bisa membinasakan impianku. Saya akan terus menjadi seorang manusia yang penuh semangat juang!” Ucapan gadis kecil itu secara eksplisit menggambarkan rasa percaya diri yang luar biasa.


Ade Adepitan, seorang atlit paralympic asal Inggris, mengakui dirinya tak mudah mengagumi prestasi orang lain. Tetapi pada kesempatan tersebut dengan terbuka ia menyatakan bahwa hatinya begitu tersentuh oleh semangat Li Yue. “This is more than just sports. It’s about life, hope and not giving up. – Ini bukan sekedar olah raga. Ini tentang kehidupan, harapan dan tidak menyerah,” katanya.


Semua media yang meliput acara tersebut melontarkan pujian pada semangat kepada 4.200 atlet peserta olimpiade paralympic, karena cacat sama sekali tidak mengurangi kepercayaan diri mereka untuk menggali hal yang terbaik di dalam diri mereka sendiri. Mereka menularkan semangat kepada dunia untuk bangkit, melawan keterbatasan, dan berprestasi. Seorang pembawa acara dari sebuah stasiun televisi Perancis berkomentar, ”Inilah hadiah terindah dari China untuk dunia.”


Dari momen tersebut saya dapat merasakan bahwa penerimaan terhadap kekurangan dan kepercayaan diri mereka sangat penting untuk mencapai prestasi demi prestasi dan hidup lebih bahagia. Bagaimana dengan kita? Sebenarnya kita juga mempunyai kemampuan untuk menerima kekurangan diri kita sendiri dan memiliki kepercayaan diri. Tetapi seiring waktu berlalu dan beberapa hal, maka penerimaan dan rasa percaya diri itu mulai berkurang.
 Beberapa hal berikut ini mungkin dapat membantu Anda untuk berteman dengan kekurangan dan membangun kepercayaan diri.

Pertama, definisikan arti kesuksesan menurut versi Anda sendiri. Sebab rasa percaya diri berkaitan erat dengan konsep tentang arti kesuksesan. Konsep yang jelas tentang arti kesuksesan akan membantu Anda menemukan gambaran tentang beberapa hal yang Anda butuhkan atau langkah-langkah yang harus Anda lakukan.


Selanjutnya biasakan untuk selalu berpikir positif akan segala kelebihan dan kekurangan yang Anda miliki. Semakin positif yang Anda pikirkan, semakin positif pula hasil yang akan Anda dapatkan. Tidak ada yang lebih kuat dan kreatif dibandingkan dengan pikiran Anda.


Kemudian, milikilah visi, karena visi dapat meningkatkan energi dan semangat. Semakin besar energi dan semangat yang Anda miliki, semakin mudah meningkatkan rasa percaya diri dan kecintaan terhadap diri Anda. Umumnya orang-orang yang mencintai diri mereka selalu mempunyai visi dan tertantang untuk meningkatkan visi mereka.


Milikilah rasa syukur kepada Tuhan YME, bahwa Tuhan YME menciptakan segala sesuatu yang terbaik untuk setiap manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ia miliki. Jangan mengeluh, karena hidup adalah hadiah terindah dari Tuhan YME. Dengan demikian Anda akan dapat menerima kekurangan, dan merasa nyaman dengan diri Anda dengan segala keunikan yang tidak dimiliki orang lain.


Menerima kekurangan dan meningkatkan kepercayaan diri sangat bermanfaat untuk meningkatkan 4 hal, yaitu vitalitas, semangat, energi, dan kegigihan. Empat hal tersebut sangat kita perlukan untuk melakukan hal-hal positif untuk diri sendiri maupun orang lain. Jadi jangan pernah mengabaikan diri sendiri, karena bagaimanapun juga masing-masing diantara kita berhak hidup senang dan bahagia.
Semoga bermanfaat !
Sumber : andrewho.com

(6)