Senin, 26 Agustus 2013

Orang miskin naik haji.

Pak Parman, demikian orang-orang memanggilnya. Dia hanyalah seorang tukang becak. Sudah bisa ditebak, berapa kekayaannya? Dia hanya punya tempat tinggal, dan itu pun kost di tempat yang kumuh, yang gentengnya sewaktu-waktu bisa bocor karena hujan. Meski begitu, Pak Parman memiliki budi yang sangat mulia. Kemiskinan yang merenggut kehidupannya, tidak menutup mata batinnya untuk selalu berbagi kepada orang lain.
Tapi, bukan harta yang bisa ia sumbangkan. Sebab, untuk makan sehari-hari saja sulit, apalagi berniat untuk berbagi harta kepada orang lain. Maka, yang hanya bisa dilakukan Pak Parman adalah “sedekah jasa”. Yaitu, setiap hari Jum’at ia menggratiskan semua penumpang yang naik becaknya. Ini adalah hal yang luar biasa. Tidak semua orang bisa melakukannya, apalagi orang miskin seperti dirinya.
Suatu ketika, di hari Jum’at pertama bulan Ramadhan, tiba-tiba, ada orang yang kaya raya mobilnya mogok. Kebetulan, mogoknya tidak jauh dari pangkalan becak Pak Parman. Orang kaya itu pun bertanya kepada supirnya, “Pir, kalau naik becak kira-kira ongkosnya berapa ya?”
“Paling juga lima ribuan,” jawab supir kepada majikannya.
Orang kaya tersebut pun memutuskan naik becak karena sebenarnya jarak dirinya dengan rumahnya sudah lumayan dekat. Maka, dipanggillah tukang becak yang ada di pangkalan tersebut dan kebetulan Pak Parman yang datang. Lalu, digoeslah becak itu oleh Pak Parman menuju rumah orang kaya tersebut. Setelah sampai di tempat, Pak Parman dikasih uang 10 ribu dan tidak usah dikembalikan. Namun, oleh Pak Parman uang itu ditolaknya.
“Kenapa Bapak menolaknya?” tanya orang kaya itu..
“Saya sudah meniatkan dari dulu, kalau setiap Jum’at saya menggratiskan semua penumpang yang naik becak saya,” jawabnya jujur.
Setelah itu, Pak Parman pun pergi meninggalkan orang kaya tersebut. Rupanya, kejadian itu sangat membekas di hati orang kaya tersebut. Orang kaya seperti dirinya saja tidak pernah sedekah, ini orang miskin malah melakukannya dengan begitu tulus. Lalu, dikejarlah Pak Parman. Setelah dapat, Pak Parman pun dikasih uang satu juta. Orang kaya itu pikir, Pak Parman akan menerimanya karena uangnya besar. Tapi, Pak Parman tetap menolaknya. Lalu, dinaikkan lagi menjadi dua juta dan tetap Pak Parman menolaknya. Alasan Pak Parman sama: dia tidak menerima uang sepeser pun di hari Jum’at untuk jasa ojek becaknya. Sebab, dia sudah meniatkannya untuk bersedekah. Subhanallah!
Tapi, hal ini justru membuat orang kaya tersebut semakin penasaran. Maka Jum’at berikutnya (di hari Ramadhan juga), orang kaya itu pun naik becak lagi. Ia sengaja meninggalkan supirnya untuk pulang ke rumah sendiri dan dia lebih memilih berhenti di pangkalan itu untuk bisa naik becak Pak Parman. Maka diantarlah orang kaya tersebut ke rumahnya oleh Pak Parman. Setelah sampai, Pak Parman pun diberikan uang yang lebih besar lagi, kali ini 10 juta. Orang kaya itu pikir Pak Parman akan tergoda oleh uang sebanyak itu. Tapi, lagi-lagi, perkiraannya meleset. Pak Parman, sekali lagi, menolak uang yang bagi dia itu sebenarnya sangat besar. Apalagi, sebentar lagi akan Lebaran dan uang itu pasti akan berguna buat dirinya dan keluarganya. Tapi, orangtua itu menolaknya dengan halus.
Kejadian ini benar-benar membuat orang kaya tersebut tidak mengerti. Kenapa orang miskin seperti Pak Parman tidak mau menerima uang sebesar itu? Padahal, uang itu bisa ia gunakan selama berbulan-bulan. Namun, rasa penasaran orang kaya itu rupanya tidak pernah berhenti. Jum’at berikutnya, dia pun naik becak milik Pak Parman lagi. Namun, kali ini ia minta diantarkan ke tempat yang lain.
“Pak, antarkan saya ke rumah Bapak,” pinta orang kaya.
Pak Parman kaget “Memangnya, ada apa, Pak?” jawab Pak Parman polos.
“Pokoknya, antarkan saya saja.”
Akhirnya, Pak Parman terpaksa mengantarkan orang kaya itu ke rumahnya. Mungkin orang kaya itu hanya ingin menguji : apakah tukang becak itu benar-benar orang miskin ataukah tidak? Mereka pun akhirnya sampai di rumah Pak Parman. Betapa terkejutnya orang kaya itu, karena rumah yang dimaksud hanyalah sebuah rumah sederhana. Gentengnya sewaktu-waktu bisa roboh karena terpaan air hujan. Karena sangat iba melihat kejadian itu, orang itu pun merogoh uangnya sejumlah Rp. 25 juta.
“Ini Pak, uang sekedarnya dari saya. Mohon Bapak menerimanya,” pinta orang kaya kepada Pak Parman.
Apa reaksi Pak Parman? Ternyata, dengan halus dia pun tetap menolaknya. Hal ini benar-benar sangat mengejutkan orang kaya itu. Bagaimana bisa orang semiskin dia menolak uang pemberian sebesar Rp. 25 juta? Kalau bukan dia adalah lelaki yang luar biasa, yang memiliki budi yang sangat luhur.
Akhirnya orang kaya itu pun menyerah. Dia benar-benar kalah dengan ketulusan hati Pak Parman. Ia percaya bahwa apa yang dilakukan Pak Parman benar-benar tulus dari hatinya. Ia benar-benar tidak tergoda oleh indahnya dunia dan kilaunya uang jutaan rupiah. Mungkin ia satu pribadi yang langka dari 1000 orang yang ada, yang sewaktu-waktu hanya muncul di dunia. Luar biasa!
Tapi, orang kaya itu berjanji bahwa suatu saat ia akan memberikan yang terbaik buat tukang becak yang berhati mulia tersebut. Sebab, mungkin, baru kali ini hatinya terusik lalu disadarkan oleh orang miskin yang hanya seorang tukang becak. Dan waktu pun terus berlalu.
Lebaran telah tiba. Pak Parman dan orang kaya itu tidak bertemu lagi. Menjelang Lebaran Haji (Idul Adha), orang kaya itu kembali menemui Pak Parman di rumah kostnya. Kembali ia pun datang di hari Jum’at. Mudah-mudahan kali ini niatnya tidak sia-sia. Setelah mereka bertemu, di depan Pak Parman orang kaya kemudian bicara terus terang, “Pak, mohon kali ini niat baik saya diterima. Bapak dan istri serta anak Bapak akan saya berangkatkan haji ke Tanah Suci. Sekali lagi, mohon Bapak menerima niat baik saya ini?”
Pak Parman menangis di depan istri dan anak semata wayangnya. Pergi ke Mekkah saja tidak pernah ia bayangkan sejak dulu, ini apalagi ia dan keluarganya akan diberangkatkan naik haji. Ini benar-benar hadiah yang sangat luar biasa dari Allah swt. Tawaran orang kaya itu pun diterima Pak Parman dengan setulus hati.
Maka, Pak Parman dan keluarganya pun akhirnya pergi haji. Ya, seorang tukang becak yang miskin tapi memiliki hati yang sangat mulia akhirnya bisa melihat keagungan Ka’bah di Mekkah al-Mukarramah dan makam Nabi Muhammad saw di Madinah. Kebaikannya dibalas oleh Allah. Ia yang menolak satu juta, dua juta, 10 juta, hingga Rp. 25 juta, tapi Allah menggantinya dengan haji ke Baitullah, bersama istri dan anaknya! Jadi, berapa kali lipatkah keberkahan yang didapatkan Pak Parman karena sedekah yang ia lakukan setiap hari Jum’at?! Subhanallah!
Bahkan, tidak saja dihajikan secara gratis, Pak Parman akhirnya dibuatkan rumah oleh orang kaya tersebut. Maka, semakin berkahlah hidup si tukang becak berhati mulia itu. Dan sejak itu, Pak Parman pun bisa tinggal di sebuah tempat yang nyaman.
Demikian kisah tukang becak yang bisa naik haji karena sedekah yang dilakukannya. Apakah kita sudah seperti Pak Parman? Dia yang miskin masih memikirkan untuk berbagi untuk orang lain, apalagi kita yang mungkin lebih mampu dibandingkan dia. Mudah-mudahan kita bisa mengikuti jejaknya, terutama dalam hal ketulusannya dalam berbagi! Amin.

Sumber : ........(terlupakan )

Rabu, 31 Juli 2013

KPI Pusat mengeluarkan sanksi 8 program siaran Ramadhan di televisi

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengeluarkan sanksi kepada 8 program siaran Ramadhan di televisi. Menurut Komisioner KPI Pusat Bidang Isi Siaran, Nina Mutmainnah, pelanggaran tersebut kebanyakan dilakukan oleh acara komedi yang disiarkan secara langsung pada saat sahur. "Pelanggarannya sama dengan tahun-tahun sebelumnya," kata dia, Selasa, 30 Juli 2013. 

Delapan siaran yang menerima teguran itu yakni :
-- Sahurnya Pesbukers (ANTV), 
-- Yuk Kita Sahur (Trans TV), 
-- Sahurnya OVJ (Trans 7), 
-- Karnaval Ramadhan (Trans TV), 
-- Hafidz Indonesia (RCTI), 
-- Mengetuk Pintu Hati (SCTV), 
-- Promo Siaran Karnaval Ramadhan (Trans TV), dan 
-- Iklan PT Djarum edisi Ramadhan versi merawat orang tua. 
Nina mengatakan sanksi yang diberikan bersifat administratif yakni berupa teguran tertulis. Komisi juga meminta semua stasiun televisi memperbaiki isi siaran yang dikeluhkan masyarakat. 

Hingga saat ini, KPI Pusat telah menerima 296 pengaduan mengenai tayangan Ramadhan, melalui pesan singkat, email dan Twitter. Menurut Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) 2012, ada empat bentuk pelanggaran yang kerap dilakukan acara komedi. Pelanggaran tersebut yakni melecehkan orang dengan kondisi fisik dan pekerjaan tertentu, pelanggaran atas perlindungan anak, melanggar norma kesopanan dan kesusilaan serta melanggar penggolongan program siaran dengan klasifikasi remaja. 

Nina menyatakan dalam berbagai acara komedi, beberapa adegan tidak pantas ditampilkan di ruang publik. Beberapa adegan yang tidak pantas itu adalah pelemparan tepung atau bedak ke wajah atau kepala, mendorong tanpa alasan jelas, menoyor kepala, menjejalkan sesuatu ke mulut, memukul dengan benda tertentu, hingga aksi mencium ketiak. Selain itu, acara komedi juga kerap menampilkan pemain pria yang berpakaian perempuan dan sebaliknya. Selain itu, banyak acara komedi menghadirkan kuis dengan pertanyaan sepele yang cenderung meremehkan kecerdasan publik. 

KPI Pusat menganggap penyelenggara televisi tidak berniat untuk menampilkan acara komedi yang menghormati bulan Ramadhan, "Karena melakukan pelanggaran yang sama," kata dia. 

Sebenarnya sangat banyak siaran yang justru kontra produktif dengan pendidikan maupun agama dan selama ini sanksinya relatif  terlampau ringan. 

Sumber : Tempo

Jumat, 26 Juli 2013

Kehidupan Modern Membuat Manusia Gampang Marah


Kehidupan modern memang membuat segala hal menjadi lebih mudah. Namun hidup di zaman modern juga membuat manusia menjadi gampang terpicu amarah.
Menurut analisa seorang psikolog dari University of Central Lancashire Dr. Sandi Mann, agresi dan amarah  yang awalnya dimiliki manusia sebagai bagian dari mempertahankan hidup kini telah berubah. Di zaman modern ini, amarah kerap "salah sasaran" dan tidak pada tempatnya.
Alhasil, seseorang bisa marah akibat dipicu hal sepele dan relatif tidak berhubungan dengan penyebab munculnya rasa itu. Rasa marah pun muncul pada momen-momen sepele dan tidak tepat seperti saat menunggu dokter, memakai komputer yang 'lelet,' atau kemacetan lalu lintas. 

Menurut Sandi, kehidupan yang nyaman di zaman modern memanjakan manusia.  Gaya hidup nyaman juga akan memicu harapan yang tinggi. Sedikit ketidaksempurnaan bisa membuat manusia berperilaku 'merajuk' seperti anak kecil.

"Rasa marah sebetulnya menjadi bentuk pertahanan pada nenek moyang kita," kata Mann. Menurutnya, rasa marah ini memancing adanya upaya pertahanan, bila ada yang mencuri makanan dan predator yang mengancam dirinya.  Namun hal tersebut tidak dialami manusia di zaman sekarang.
Seperti yang dilansir The Telegraph,  fokus manusia abad 21 telah berubah. Manusia zaman dulu menggunakan energi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan dan perlindungan. Contohnya rasa lapar yang merangsang produksi serotonin. Hormon ini merangsang seeroang untuk mencari makan.

Namun dua kebutuhan dasar tersebut mudah dipenuhi pada abad ini. Akibatnya, motivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut, tidak memiliki penyaluran yang tepat. Motivasi ini kemudian menjadi rasa marah yang timbul sewaktu-waktu.

Marah juga menjadi unsur penting dalam kehidupan sosial. Marah menjadi peringatan pada orang lain, ketika tingkah laku seseorang terasa menyebalkan. 

Mann menyarankan untuk mengendalikan rasa marah yang timbul. Bila rasa marah muncul sebaiknya seseorang berfikir, apakah peristiwa yang memicu marah ini mengancam nyawa? Jika bukan, baiknya amarah dikendalikan.

Manajeman marah 

Agar seseorang tetap sadar saat emosi, perlu ada strategi mengendalikan amarah. Albert Ellis dari Rational Emotive Behaviour Therapy menyediakan strategi mengatasi marah yang disebut metode ABCD :

 A = Activating Situation or Event : Berupaya untuk menganalisa apa yang terjadi
 B = Belief System :  Apa yang dikatakan diri sendiri tentang kejadian tersebut
 C = Consequence: Apa yang dirasakan dari kejadian tersebut berdasarkan keyakinan Anda
 D = Dispute :   Bandingkan antara keyakinan dan harapan. Apakah harapan tersebut realistis atau irasional . Bila harapan terlalu tinggi dan tak seseuai kenyataan, tentu seseorang tak bisa marah.

10 hal yang sering memicu emosi :

1. Mengantre lama untuk berkonsultasi dengan dokter
2. Kemacetan
3. Angkutan umum yang penuh
4. Bercanda dengan topik sensitive
5. Teman yang tidak kunjung membayar utang
6. Dituduh bersalah
7. Harus membersihkan apa yang diperbuat orang lain
8. Menunggu lama di telepon
9. Diberi petunjuk yang salah
10. Kehilangan uang atau harta


Sumber : www.dailymail.co.uk

Kamis, 04 Juli 2013

TERIMA KASIH KAU JADIKAN AKU IBU

Kisah yang saya tulis ini adalah kisah yang dialami istri saat melahirkan anak kami yang pertama. Saya tulis sesuai dengan apa yang dia tuturkan kepada saya.
“Tekanan darahnya tinggi sekali bu…140/90.” dr. Indrarta melepas alat pengukur tekanan darah dari lenganku, “Kalau naik lagi, operasi ya…”
-----
Break : Ingin melihat liputan live Masjidil Haram klik disini
----
Aku turun dari ranjang periksa dan duduk di sebelah mas Dian, suamiku yang memandangiku khawatir. Sejak kehamilan tujuh bulan, tekanan darahku cenderung tinggi. Saat itu adalah periksa kehamilan untuk bulan kedelapan. Sambil mencoret-coret (aku lebih suka menggunakan istilah mencoret daripada menulis) resep, dr. Indrarta menerangkan kepada kami bahwa gejala fisik yang aku alami menunjukkan gejala awal keracunan bayi.
”Keracunan bayi itu maksudnya apa dok?” Mas Dian menunggu jawaban dengan pandangan cemas.
Dokter Indrarta menjelaskan bahwa keracunan bayi adalah reaksi tubuh seorang ibu yang tidak bisa menerima bayi yang dikandungnya. Gejala awalnya berupa kaki yang bengkak dan tekanan darah tinggi. Bila tekanan darah terus naik, maka akan menyebabkan kejang-kejang yang berakibat fatal bagi jiwa sang ibu. Mendengar jawaban dokter, mas Dian tampak semakin cemas.
Kami pulang naik motor sambil diam sepanjang perjalanan. Sebenarnya sejak awal kehamilan aku sudah stres membayangkan proses persalinan yang menyakitkan. Semakin mendekati waktu melahirkan hatiku semakin kalut, ketakutan. Entah kenapa segala nasihat dari ibuku, ibu mertua, dan beberapa orang yang berpengalaman melahirkan, bahwa proses persalinan itu sakit tetapi indah dan tidak perlu ditakuti, tidak bisa menenangkanku. Yang terbayang hanyalah kesakitan yang akan aku alami saat berusaha mengeluarkan bayiku melalui jalan lahir.
Sesampai di rumah, setelah berganti baju, aku merebahkan diri dan berusaha memejamkan mata. Seperti tahu apa yang berkecamuk di kepala dan hatiku, dengan pandangan cemas mas Dian duduk di sebelahku dan membelai kepalaku, ”Kamu jangan mikir yang tidak-tidak, Dik...Pasrahkan saja semua kepada Allah.”
Aku hanya tersenyum, tetapi dalam hati aku nggerundel, ”Enak aja kalau ngomong. Mas Dian nggak merasakan dan tidak akan pernah bisa merasakan yang aku alami dan akan aku alami sich..!”

Tanggal sebelas November tahun 1998, hari prediksi waktuku melahirkan. Dini hari aku merasa seperti ngompol, banyak sekali cairan yang keluar. Aku sampaikan ke ibuku yang sudah dua minggu ini menginap di rumahku dan selalu menemaniku tidur. Memang terasa lain, saat-saat seperti ini, saat menunggu sesuatu yang menakutkan, bila ditemani ibu hatiku sedikit lebih tenang. Ibuku mengatakan bahwa air ketubanku sudah pecah dan sudah waktunya melahirkan. Aku segera membersihkan diri, berwudlu dan Sholat shubuh. Tas perbekalan sudah aku siapkan jauh-jauh hari. Setelah Sholat subuh, aku, ibu, dan adikku berangkat ke Rumah Sakit Asrama Haji Sukolilo, sementara mas Dian menyusul naik motor.
Sesampai di Rumah Sakit, aku langsung masuk ke ruangan bersalin. Sayang sekali, kebijakan Rumah Sakit melarang selain yang akan melahirkan memasuki ruangan. Ibu, adik dan mas Dian harus menunggu di luar. Ruangan bersalin berupa ruangan besar yang terdiri dari beberapa ranjang yang disekat kelambu putih satu sama lain. Saat aku masuk, sudah ada beberapa ibu hamil yang berbaring di ranjang.
”Baru pembukaan tiga, bu, dipakai jalan-jalan saja biar cepat pembukaannya.” Aku turun dari ranjang dan jalan-jalan mengitari ranjang.
Terdengar teriakan kesakitan dari seorang ibu tak jauh dari tempatku berdiri. Penasaran aku mengintip, rupanya dia sedang dalam proses melahirkan. Dua suster mendampinginya di kiri dan kanan, menuntunnya mengatur pernafasan dan membersihkan keringatnya, sementara seseorang yang kukira seorang dokter menuntunnya dari sela-sela kakinya. Setelah mengerang, menjerit beberapa kali, akhirnya bayi mungil lahir. Aku ikut senang menyaksikannya, tetapi teriakan-teriakan kesakitan yang mengiringi lahirnya bayi membuatku semakin ketakutan. Keringat dingin membasahi muka dan telapak tanganku. Aku terduduk di pinggir ranjang. Kuusap-usap perut buncitku yang sudah terasa sakit sejak masuk ruangan. Di dalamnya terdapat makhluk mungil, makhluk yang sangat ingin segera kulihat wujudnya. Ciptaan Allah yang berkembang selama sembilan bulan di dalam tubuhku. Makan makanan yang kumakan. Membayangkan kelak mulut mungilnya memanggilku ibu menghasilkan perasaan lain di hatiku. Perlahan perutku terasa hangat meskipun sakitnya tidak berkurang bahkan bertambah. Kehangatan dari perut menjalar ke seluruh tubuhku. Membayangkan akan menjadi seorang ibu, menjadi tumpuan kasih sayang seorang anak, mendatangkan ketegaran di hatiku, dan ketenangan. Dalam ketenangan aku teringat pesan mas Dian bahwa dalam keadaan sulit sebaiknya membaca “Laa haula wala quwwata Illa billa hil ‘aliyyil Adziim”. Akupun mulai berdzikir, dan pelan tapi pasti ketenangan di hatiku semakin menguat, dan kekhawatiran berangsur memudar.

Tanggal sebelas November tahun 1998, sekitar jam dua belas siang pembukaanku sudah lengkap. Sakit perut yang kurasakan adalah kesakitan yang amat sangat yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Seperti yang dialami oleh beberapa ibu yang sudah melahirkan sejak pagi tadi, aku juga didampingi oleh beberapa suster dan Dr. Indrarta. Aku membayangkan betapa bahagianya bila mas Dian dan ibuku juga boleh mendampingiku.
Dua jam sudah sejak pembukaanku lengkap, anakku tak kunjung mau keluar. Cairan ketubanku sudah habis, dan darah juga sudah banyak keluar. Tenagaku semakin habis, lemas. Aku benar-benar merasa pasrah kepada Allah. Bagiku sekarang hanya kuasa Allah yang bisa membantuku. Sambil mengusap peluh di keningnya, Dr. Indrarta keluar meninggalkan ruangan. Di kemudian hari aku tahu bahwa Dr. Indrarta keluar untuk meminta tanda tangan Mas Dian untuk izin melakukan operasi. Sekembalinya ke ruangan, Dr. Indrarta memberikan instruksi ke para perawat yang tidak bisa kudengar, kemudian mendekatiku, “ Sudah Bu, terlalu banyak darah yang keluar, saya tidak mau ambil resiko, bayinya harus dikeluarkan lewat atas.” Aku mengangguk lemas. Aku benar-benar pasrah. Aku ikhlas bila memang saat itu sudah waktunya Allah memanggilku. Hanya aku sangat berharap Allah memberi kesempatan anakku terlahir ke dunia dan menikmati kehidupan. Dan aku bisa melihatnya meskipun sebentar. Aku dipindahkan dari ruang bersalin ke ruang operasi. Di luar mas Dian sempat menghampiriku, memandangku dengan tatapan cemas dan penuh harap, “Tawaqqal Dik…” Aku hanya mengangguk lemas.
Di ruang operasi sudah siap beberapa perangkat operasi. Dari dada ke bawah aku ditutupi kain sehingga aku tidak bisa melihat apa yang dilakukan dokter. Setelah obat bius lokal bekerja, operasi dimulai. Kira-kira empat puluh lima menit kemudian anakku berhasil dikeluarkan.
“Laki-laki, Bu, sehat dan normal...” Seorang suster menunjukkan seorang bayi yang masih belepotan darah. Mendengar bahwa anakku berhasil terlahir dengan sehat dan normal, aku merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Aku meneteskan air mata haru, betapa cintanya ALLOH kepadaku. Kebahagiaan yang tidak ternilai, bahkan bila dibandingkan dengan ketidaknyamanan, kekhawatiran, ketakutan, kesakitan yang kurasakan sejak awal kehamilan sampai melahirkan, semuanya tidak ada artinya, terhapus oleh kebahagian yang melimpah ruah.
Terima kasih ya Allah. Kau jadikan aku seorang ibu...
Mohon bimbingan dan petunjuk-MU agar aku bisa memegang amanah mendidiknya menjadi anak yang sholih.

Sumber : herlanlesmana26.blogspot.com
Dari Kisah Nyata_ NM. Dian dan  Wulan

Senin, 24 Juni 2013

CERITA PILIHAN

"Terkadang, Sedekah dan Kebaikan di masa lalu dapat menyelesaikan masalah kita di masa yang akan datang" 


Suatu hari, anak seorang lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu menemukan bahwa kantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. 

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi, anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, dia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar. Oleh karena itu, dia membawakan segelas besar susu. 

Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat. Kemudian, dia bertanya, “ Berapa aku harus membayar untuk segelas besar susu ini?” Wanita itu menjawab, “Kamu tidak perlu bayar apa pun. Ibu kami mengajarkan tidak menerima bayaran untuk kebaikan,” kata wanita itu menambahkan. 

 Kemudian, anak lelaki itu menghabiskan susunya dan berkata, “Dari dalam hatiku, aku sangat berterima kasih kepada Anda.” 

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Akhirnya, mereka mengirimnya ke kota besar tempat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langkanya tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Saat dia mendengar kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Kelly. Dia segera bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut. 

Dengan berpakaian jubah kedokteran, dia menemui si wanita itu. Dia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Kemudian, dia kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. 

Mulai hari itu, dia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita tersebut. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan…. Wanita itu sembuh! Kemudian, Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan wanita itu kepadanya... Dr. Kelly melihatnya dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, lalu mengirimkannya ke kamar pasien. 

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut. Dia sangat yakin bahwa dia tak akan mampu membayar tagihan tersebut, walaupun harus dicicil seumur hidupnya. 

Akhirnya, dia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Dia membaca tulisan yang berbunyi….. “Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!” Tertanda, Dr. Howard Kelly. 

Air mata kebahagiaan membanjiri mata wanita itu. Dia berdoa, “Tuhan, terima kasih… bahwa cinta-Mu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.” 

Sumber : http://galedeg.blogspot.com

Jumat, 31 Mei 2013

6 Bulan Aku Belajar Hidup

Teman-teman...bayangkan jika anda kena stroke...seperti apa. Bersyukurlah sebanyak mungkin...karena itu tidak terjadi... Mari kita bayangkan....

Belajar untuk hidup. Ya ….. 6 bulan pertama setelah aku diserang stroke, aku benar2 belajar untuk hidup. Sekali lagi : BELAJAR UNTUK  HIDUP !!
Ketika aku terserang stroke pada tanggal 8 Januari 2010 lalu di San Francisco Amerika Serikat, Tuhan mengizinkan aku menjadi seorang ‘bayi’, seperti bayi yang baru lahir. Aku lumpuh ½ tubuh sebelah kanan, tidak mampu bergerak karena trauma dan sama sekali tidak bisa bicara. Aku seperti bayi yang baru lahir, bertubuh perempuan dewasa dan sama sekali tidak bisa apa2. Aku hanya bisa memandang keadaan di sekelilingku, aku hanya bisa mendengarkan semua suara di sekelilingku, aku hanya bisa tersenyum kepada orang2 di sekelilingku dan aku hanya bisa berdoa ….. Dan aku divonis secara medis aku hanya mampu berbaring saja, atau terbaik hanya mampu duduk di kursi roda saja …..
Keadaanku benar2 memprihatinkan, sampai ketika semua keluargaku menjengukku, aku melihat mata mereka yang memerah dan terus berkaca2 walau aku tahu bahwa mereka tidak mau memperkihatkan betapa mereka sedih dengan keadaanku. Papa dengan seringnya menatap wajahku dekat dengan wajahnya, aku bisa mengsap pipinya dengagn tangan kiriku. Begitu juga mamaku, serta kedua anak2ku. Aku hanya mampu tersenyum dan berkata2 dalam hati,
“Sayang, ini mama, nak. Mama baik2 saja koq. Jangan kawatir ya, sebentar lagi mama akan sembuh, sabar ya ….. “
Aku sempat mengusap mata mereka ketika aku melihat air matanya mengambang dan aku hanya bisa tersenym …… Aneh, aku tidak merasa sedih atau takut, karena sangat mengherankan bahwa aku hanya tahu bahwa aku akan sembuh dengan cepat karena Tuhan Yesus ada di dekatku! Mengherankan memang, ketika semua kawatir dengan keadaanku, aku malah selalu tersenyum dan tertawa dan aku tidak sedih atau kawatir dengan hidupku …..
Hari ke-2 aku stroke sebagai insan pasca stroke, aku belajar untuk minum, tidak gampang untuk aku belajar minum seteah stroke. Beberapa kali tersedak sampai dadaku terbakar dan paru2ku seperti mau meledak! Sepertinya tidak ada harapan aku hidup, minum saja aku tidak mampu! Lalu ketika aku belajar makan. Seperti bayi yang belepotan dengan tangan kiriku yang otakku sudah cacat. Berbeda ketika orang sehat dengan otak yang juga sehat. Makan dengan tangan kiri sama saja dengan makan dengan tangan kanan, hanya perlu penyesuaian saja.
Lalu ketika aku belajar berbicara 1 kata demi 1 kata. Mulutku memang tidak ‘pelo’, tetapi kaku! Untuk mengatakan 1 kata saja, aku tidak mampu, bagaimana aku bisa bertahan hidup? Benar2 belajar untuk hidup, dengan kehidupan yang sangat mendasar ……
Begitu juga ketika aku mulai belajar menulis dengan tangan kiri. Sangat berbeda jika orang2 normal dengan otak yang normal mencoba melatih tangan kkirinya untuk menulis. Tetapi otakku sudah cacat. Ya, sekali lagi, OTAKKU SUDAH CACAT! ( ini yang belum bisa dimengerti oleh banyak orang. Bahkan orang2 sehat sahabat2ku pun belum memahaminya! Bahkan keluargakupun sama saja! Hanya papa yang sesekali berusaha memahaminya, dengan hanya memelukku jika aku gelisah atau tidak bahagia ….. ).
Mulai untuk belajar berhitung, seperti anak TK, aku menuliskan angka 1 + 1 dengan sagat pelan sambil gemetar. Lalu aku diminta untuk menjawab, dan otakku buntu! Sama sekali tidak tahu, berapa hasilnya! Demi Tuhan! Aku tidak tahu jawabannya !!! Astaghfirullah ……
Sungguh, aku bingung! Aku bingung memikirkannya. Alisku mengkerut dan aku berpikir keras untuk menjawabnya. Tetapi,tetap saja aku tidak tahu jawabannya …… ya, Tuhan …… Aku berulang kali berpikir keras sampai aku menyerah, pasrah dengan wajahku meminta tolong kepada terapisku ketika itu. Dan dia terus membimbingku untuk bisa mulai berpikir. Katanya, karena ‘dulu’ aku pernah bisa, tidak lama aku pasti bisa! Tetapi jika aku memang belum pernah bisa, maka akan lain hasilnya ……
Konsep sebuah otak adalah, bisa menyimpan memori. Jika kita belajar sedikit demi sedikit, otak akan menyimpan di sebuah titik di otak kita. Jika kita terus belajar, aku yakin bahwa aku bisa! Aku pasti bisa !!
Mulai belajar 1 + 1 sampai ratusan, lalu 1 x 1 dan 1 : 1, aku benar2 belajar dengan pelan, seperti anak TK yang memang harus belajar. Bahkan anak TK pun pasti lebih pintar dibanding dengan aku ….. Ah, aku ingat sekali, aku bersemangat sekali untuk belajar! Mengapa?? Karena AKU HARUS SEGERA BEKERJA LAGI!  Untuk membiayai kedua anakku!
2 minggu aku belajar untuk hidup dengan dasar2 manusia. Lalu begitu pulang ke Indonesia, aku mulai belajar untuk hidup di Jakarta! Karena konsep hidup di Amerika dan di Jakarta memang sangat jauh berbeda dan aku harus belajar hidup sebagai manusia, sebagai perempuan, sebagai orang tua dari 2 anak dan sebagai pekerja ….. Dan setelah 1 bulan di sebuah rumah sakit di Jakarta, aku pulang ke rumahku untuk benar2 bersosialisasi sebagai manusia di kehidupan yang nyata …..
Hari2 pertama tinggal di rumah tidak nyaman, ketika aku sudah terbiasa hidup di rumah sakit. Walau aku sudah bisa berjalan, tetapi aku sudah terbiasa dan dimanjakan oleh rumah sakit. Sehingga ketika aku pulang ke rumah, tidak ada yang bisa memanjakan aku. Aku harus benar2 belajar mandiri, walau memang bertahap. Aku tidur di kamar bawah bersama mamaku. Dimana setiap aku ingin pipis malam, aku harus membangunkan mamaku untuk mengantarku. Mama yang memandikan aku, memakaikan bajuku dan mama yang mengurusi hidupku. Dari bangun pagi sampai tidur malam, mama selalu berada di sampingku. Setiap hari aku tetap terapi fisik dan bicara serta terapi menulis di rumah sakit, dan mamalah yang mengantarku. Mama yang mengajar aku makan dengan baik dan sopan. Aku harus memakai celemek karena belepotan kemana2. Sungguh, aku benar2 harus belajar dari nol! Ya, aku waktu itu sedang berada di titik nol dalam hidupku ….. Walau banyak sahabat yang mendukungku dan menyambangiku, tetapi aku seakan tertinggal jauh dibelakang karena ( lagi2 ) keterbatasanku …..
Sampai ketika aku mulai bisa melakukan sedikit kemandirianku, aku minta ijin untuk bekerja lagi. Aku diminta ‘Test Fungsi Luhur’ di RSCM dan hasilnya membuat aku sangat takjub! Ya, walau otakku cacat berat, hasilnya sangat luar biasa! Aku bisa dan dibolehkan untuk bekerja kembali sesuai dengan bidang yang aku inginkan! Puji Tuhan! Dan setelah aku mampu untuk lebih bisa mandiri, bisa pipis sendiri, bisa bicara lumayan dan bisa berpikir ala pekerja.  6 bulan setelah aku stroke, tanggal 17 Juni 2010 aku mulai bekerja lagi ……
Segala Puji dan Syukur bagi Allah  …..
Ini sedikit kesaksianku ketika aku belajar untuk hidup. Dari seperti seorang bayi bertubuh dewasa, sampai Tuhan memberikan kemampuan untuk bekerja kembali. Dari vonis hanya bisa berbaring saja, sampai sekarang aku tetap mampu berkarya dan berguna lagi bagi banyak orang dan mampu mendapat pendapatan untuk anak2ku lagi. Dari tidak mampu untuk melayani diri sendiri, sampai aku selalu berusaha untuk melayani dan berbagi dengan orang lain ……
Segala Puji dan Syukur bagi Allah …..

Sumber : Christie Damayanti-Kompasiana dengan perubahan seperlunya

Rabu, 24 April 2013

ALAMAT WEBSITE INSTANSI PEMERINTAH

Informasi penerimaan CPNS sebagai akhir moratorium penerimaan CPNS Tahu 2013 sedianya akan dilaksanakan Agustus 2013. Mungkin teman-teman memerlukan informasi langsungnya. Oleh karena itu dibutuhkan alamat resmi website instansi-instansi yang berwewenang. Supaya tidak terjerumus kepada web site penipu, berikut alamat-alamat dimaksud :


 Departemen Perindustrian Republik Indonesia
 Bank Indonesia
 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
 Departemen kesehatan RI
 Halaman resmi DPR
 Departemen Keuangan RI
 LIPI
 Departemen Pertanian Republik Indonesia
 BPS
 Bea Cukai
 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
 Bakosurtanal
 Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi
 Departemen Pekerjaan Umum
 Departemen Kehutanan Republik Indonesia
 Situs Resmi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta
 Departemen Perhubungan Republik Indonesia
 Ditjen Pajak
 Kementerian Negara Riset dan Teknology

 Situs Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia





Bagi yang membutuhkan lebih lengkap silahkan hubungi email kami atau unduh disini.    Semoga bermanfaat