Rabu, 26 November 2008

TI DI SEKOLAH

Pendahuluan
Information Technology (IT) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai teknologi informasi (TI) didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut. Teknologi informasi, secara umum didefinisikan mentransfer area teknologi dari system informasi, hal ini termasuk hardware, database, jaringan, dan sumber daya lainnya, merupakan subsistem dari sistem informasi. Dapat juga teknologi informasi didefinisikan sebagai cara untuk mendeskripsikan sejumlah sistem informasi, pengguna, dan manajemen untuk kepentingan organisasi.
Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi. Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras, perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalan komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.
Teknologi Informasi juga dikenal pada pengendalian dan memproses informasi organisasi besar. Teknologi informasi dipahami sebagai keterpaduan antara hardware, software, dan brainware.
Hardware dimaksudkan sebagai perangkat komputer beserta multimedia penunjang lainnya (LCD Projector, Printer, Camera Digital, Scanner, dan pendukung lainnya). Software adalah system operasi, program aplikasi dan jaringannya (internet, LAN, program multimedia, homepage) berikut bahan-bahan lainnya. Brainware merupakan sumber daya manusia yang mengoperasikan hardware dan software.

Dalam dunia pendidikan, melalui sumberdaya manusia TI dapat didayagunakan untuk peningkatan mutu sekolah, yaitu:
(1) pengelolaan pendidikan di sekolah, dan (2) kegiatan belajar mengajar baik oleh guru maupun siswa di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pengelolaan pendidikan, sekaligus dalam upaya meningkatkan mutu hasil belajar.

Fungsi dan Manfaat Teknologi Informasi
TI merupakan perpaduan Teknologi Informasi (TI) dan Teknologi Komunikasi (TK), dan mekanisme pendayagunaan lainnya yang masing-masing sesuai dengan kepentingan dan kemampuan pengguna (sekolah, guru, dan pembina).

TI memberikan akses langsung kepada penggunanya terhadap berbagai tipe informasi. Kebalikan dari media pendidikan tradisional, TI mengintegrasikan berbagai media dan karakter. Informasi yang semula hanya bersifat statis berganti dengan informasi yang disertai suara dan objek-objek bergerak. TI mengkombinasikan teks, objek, dan suara, yang memungkinkan untuk menghadirkan objek tiga dimensi dan menghasilkan satu ide yang sama dari tiga aspek ini.
TI berbeda dari sumber-sumber informasi lainnya, misalnya buku yang berkaitan dengan struktur. Pengguna TI dapat menemukan dan menjalankan informasi melalui berbagai cara. Struktur tergantung pada hubungan atau link antara bagian-bagian informasi. Secara umum, terdapat dua tipe sistem informasi yang digunakan dalam pendidikan, yaitu sistem tidak terstruktur seperti internet dan sistem terstruktur misalnya CD-ROMs (Hepp K. et al., 2004). Internet merupakan sebuah contoh dari sistem yang sangat terbuka yang dicirikan dengan tidak adanya kendali tertentu. Hal ini dapat diterapkan dan didefinisikan dalam sasaran pembelajaran.

TI memampukan penggunanya untuk mempertukarkan pesan dengan berbagai cara. Komunikasi antar pengguna tidak harus terjadi pada waktu dan tempat yang sama. Telekomunikasi memiliki karakter cepat (swift) dan tidak sinkron (asynchronous). Perkembangan TK saat ini memungkinkan komunikasi antar sekolah di seluruh penjuru dan menciptakan peluang-peluang untuk berbicara dengan tidak harus bertatap muka. Lebih jauh, networking juga telah memungkinkan manusia untuk saling bertukar data pada waktu yang sama. Dengan memiliki akses terhadap informasi yang tidak tergantung pada waktu dan tempat, TK memungkinkan untuk mengkomunikasikan informasi dengan setiap orang melalui e-mail, forum diskusi, kotak chatting, halaman web dan video konferensi: aplikasi-aplikasi yang mampu memberikan dimensi ekstra terhadap interaksi tersebut. Namun demikian, bentuk komunikasi ini juga memiliki berbagai kelemahan seperti hilangnya aspek-aspek komunikasi verbal dan nonverbal.

Manfaat Bagi Para Guru
TI, khususnya internet bermanfaat untuk Pengembangan Profesional guru, antara lain sebagai berikut: Meningkatkan pengetahuan, berbagi sumber diantara rekan sejawat/ sedepartemen, bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri, kesempatan untuk menerbitkan /mengumumkan secara langsung, mengatur komunikasi secara teratur, dan berpatisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional. Manfaat lain adalah sebagai sumber bahan mengajar, yaitu mengakses rencana belajar mengajar & metodologi baru, bahan baku & bahan jadi cocok untuk segala bidang pelajaran, dan mengumumkan dan berbagi sumber.

Manfaat Internet Bagi Siswa
TI, khususnya internet bermanfaat untuk siswa dalam hal-hal sebagai berikut. Belajar sendiri secara cepat, yaitu meningkatkan pengetahuan, belajar berinteraktif, dan mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu untuk mmperkaya diri, yaitu meningkatkan komunikasi dengan siswa lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada diseluruh dunia.
Keuntungan yang sangat potensial dari internet selain untuk para administrator dan kepentingan sekolah adalah untuk memudahkan pengoleksian lembaran data sekolah yang dapat langsung terkirim ke tujuannya baik ke perorangan maupun ke masyarakat luas. Guru, terutama guru bahasa dan guru pelajaran ilmu sosial, dapat mengambil (down-load) berita dan kejadian terkini yang bisa digunakan sebagai bahan mengajar di kelas pada hari yang sama saat itu. Semua guru dapat menggunakan internet baik untuk keperluan pengembangan pribadi maupun secara professional bekerja sama dalam wilayah regional maupun di seluruh dunia (http://pendidikan.tv/inter.html).

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan
Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah banyak mendukung kemajuan bidang pendidikan. TI semakin dianggap sebagai keterampilan penting dalam dunia kerja, pendidikan, dan kelangsungan hidup sehari-hari di dunia modern. Yang lebih penting lagi, pengasosiasian ini seringkali diartikan dengan pentingnya penguasaan keterampilan TI bagi generasi muda sebagai bagian dari pendidikan mereka dan persiapan menuju dunia modern. Ada 5 potensi utama pengadopsian TI dalam bidang pendidikan, yaitu:
· memperluas akses,
· mempromosikan efisiensi,
· meningkatkan kualitas pembelajaran,
· meningkatkan kualitas pengajaran dan
· memperbaiki sistem manajemen.

Semoga bermanfaat.

Membedah pendidikan kita

Segala upaya mengubah memperbaharui, membangun pendidikan kembali di Indonesia sudah dilaksanakan semenjak Indonesia merdeka. Hasilnya seperti kita lihat semua, memprihatinkan. Berbagai teori dan konsep, dari periode menteri ke menteri (baca = menteri pendidikan) lebih bersifat lip service saja. Bukan pejabat pendidikan kalau tidak mempunyai konsep perubahan. Jadilah pendidikan bangsa ini menjadi korban pelaksanaan dari satu konsep ke konsep lain. Tidak kalah mengenaskan bobolnya uang rakyat kepada oknum yang seharusnya untuk memperbaiki kondisi pendidikan, menjadi mengalir sia-sia.
Sementara kenyataan di lapangan, praktek pendidikan seperti tiada perubahan kecuali pendidikan semakin memprihatinkan, meski dipoles dengan beberapa prestasi yang sifatnya perorangan, yang dianggap sebagai prestasi bangsa. Padahal pendidikan bangsa ini telah terpuruk memalukan, seperti tidak pernah diurus oleh pakar pakar pendidikan.
Undang undang guru yang seharusnya menjadi sebuah moment yang semua orang berharap akan adanya pendidikan baru di Indonesia, ternyata belum juga menjadi obat mujarab bagi parahnya pendidikan yang sedang sakit ini. Wallahu alam. Kepesimisan selalu menghantui kita karena setiap kebijaksanaan tak ada yang benar-benar menyentuh kondisi efektif dilapangan. Ibarat orang sakit, pendidikan kita ini bagai orang yang hanya di beri makan sesendok sehari dan itu sudah berlangsung berpuluh puluh tahun. Artinya kondisi sakitnya demikian parah seperti kasus kekurangan pangan anak anak Ethiopia beberapa tahun berlalu. Obat apapun tidak akan bisa langsung menyembuhkan apalagi jika diharapkan dalam waktu yang relatif singkat.
Ada bebarapa faktor mendasar yang diabaikan dalam setiap upaya memperbaharui masalah pendidikan. Faktor yang berada didalam sistem pendidikan itu sendiri sebagai faktor internal, dan faktor sosial masyarakat dan lingkungan lainnya sebagai faktor eksternal yang tidak kalah menentukan untuk mengkondisikan pendidikan baru. Itu semua merupakan mata rantai sistem yang telah membelenggu begitu kuat, sehingga pendidikan sepertinya telah menjadi mahluk kebal terhadap pembaharuan. Demikian istilah pakar pendidikan Pak Winarno Surakhmad.
Faktor-faktor internal dimulai dari proses rekruitmen calon tenaga pendidik. Pada era tahun 60 misalnya mereka yang masuk ke LPTK hanya anak-anak yang mempunyai nilai bagus. Sekarang hanya dengan nilai pas-pasan lolos ke LPTK dan bahkan bisa menjadi guru. Ini baru dari sisi akademik, belum dari sikap dan kepribadian. Tidak heran jika pengalaman penulis ada guru, yang sikapnya lebih kurang sama dengan preman. Anda bisa membayangkan baagimana dia bisa mendidik anak-anak bangsa ini.
Sistem rekruitmen kepegawaian tidak mengindetifisir seleksi yang utuh. Kecuali hanya bersifat akademik saja juga, tidak mempertimbangkan kepribadian dalam praktek di lapangan. Keputusan penerimaan ditentukan di belakang meja semata. Tidak jarang keputusan ditentukan juga melalui tarik menarik dengan dengan kepentingan non paedagogis. Setelah diterima menjadi guru, tidak ada sistem pengembangan karier yang jelas. Lihat banyaknya kepala sekolah atau jabatan lain yang semestinya diduduki oleh mereka yang profesional, justru oleh mereka yang kurang layak integritasnya. Celakanya para birokrat pada umumnya merasa tak ada masalah, merasa bahwa keputusannya sudah paling baik.
Anda bisa mengecek ke lapangan banyak diantara mereka yang mempunyai kedudukan sebagai manajer di bidang pendidikan, tidak tahu apa yang akan diperbuat, tidak tahu apa visi dan misi organisasi apalagi sampai dengan strategi dan program. Bukan kesalahan mereka semata (baca = guru), jika banyak diatara mereka yang menjadi tidak berdaaya oleh karena sistemlah yang membelenggu mereka.
Banyak pekerjaan dan kesulitan guru yang tidak dimaklumi oleh pejabat ( oleh karena memang mereka tidak mau tahu - penulis ). Diperparah pula dengan budaya main perintah tanpa mempertimbangkan nilai dan norma kekependidikan dan profesi guru. Sistem mengkondisikan untuk mereka semakin tidak berdaya. Motivasi kerja guru menjadi sangat lemah, oleh karena antara yang bekerja baik dan tidak sama saja penghargaannya.
Organisasi profesi maupun wadah pengembangan profesional mereka juga hanya sekedar bendera. Biaya –biaya yang dikeluarkan tidak tepat sasaran, hanya untuk sekedar menyelesaikan proyek dalam rangka membuat laporan ke atas. Tentu saja cenderung menumbuhkan penyimpangan yang direstui.
Sementara yang berkembang di masyarakat, jabatan guru belum merupakan jabatan tugas yang diinginkan. Banyak diataranya yang menjadi guru bukan karena cvita ingin menjadi guru, tetapi sekedar pilihan terakhir, daripada tidak jadi apa-apa Dahulu pernah ada pemeo, jika punya menantu jangan guru, gaji guru hanya sebatang ranting cengkeh. ( istilah ketika harga cengkeh sedang masa jaya-jayanya ). Bayangkan jika menjadi guru daripada tidak punya pekerjaan atau jabatan.
Upaya pengembangan profesi guru dicoba dengan melalui ditetapkannya mekanisme kenaikan pangkat dengan sistem angka kredit. Aturan itu pelaksanaannya di lapangan belum mencerminkan keadilan, oleh karena cenderung penilaian administratif dan birokratif. Juklak yang diterbitkan kurang menyerap aspirasi ktritik praktek di lapangan. Seorang guru yang hanya mengerjkan administrasi dengan baiik mudah untuk naik pangkat ketimbang guru yang mendidik dan mengajar anak dengan baik. Demikian juga mekanisme promosi yang ada. Karena seleksi yang dilselenggarakan cenderung administratif dan akademik maka integritas pribadi terkesampingkan. Kebijakan seperti itu cenderung ditentukan di belakang meja.
Dalam masa otonomi daerah guru dan sekolah banyak menjadi sasaran tarik ulur kebijakan dan kepentingan non paedagogis.daripada pengembangan profesinya. Otonomi sekolah yang seharusnya dikembangkan menjadi memrihatinkan. Program sekolah tidak disisusun berdasar potensi dan keinginan ( baca visi dan misi ) warga sekolah, tetapi cenderung banyak sekedar memenuhi aselera atasan.
Salah satu contoh kongkrit adalah pelaksanaan Dana BOS sekolah didikte sampai hal-hal yang sangat tidak prisipiil. Lebih banyak guru tidak konsentrasi mengajar karena bolak-balik harus menyelesaikan SPJ administrasi BOS. Terkadang penggunaan dana untuk sesuatu yang riil saja sulit. Padahal seperti di SD tidak ada tenaga administrasi, jadilah kepala sekolah menugaskan guru untuk otakatik administrasinya. Sampai-sampai ada yang mau terakhir saja setor setelah ada yang berkasn6ya benar.
Proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah lebih memprihatinkan. Kritik utama pendidikan di sekolah dewasa ini adalah : bahwa sekolah telah gagal menyiapkan generasi penerus yang a). mencintai kerja keras b). ulet dan tangguh c). mandiri d).mampu mengembangkan bakat dan potensinya. Sekolah juga telah banyak memasung kreativitas, merampas dunia anak untuk berkembang dengan wajar. Silahkan endus di sekitar kita banyaknya pengamen, pemalak, pak ogah, belum tindak kriminal oleh anak usia sekolah dan pasca sekolah. Adakah kedisiplinan, minimal mencintai pekerjaan yang dilakukan orangtuanya. Menjadi pelopor pengembangan mata pencaharian di desanya. Adakah pemikiran, ide krativitas mereka yang muncul untuk memecahkan masalah dirinya, keluarga atau lingkungannya. Dalam hal demikian format pembelajaran ( baca = pendidikan ) tentu perlu dikaji ulang.
Faktor eksternal menunjuk kepada kenyataan bahwa masih rendahnya apresiasi dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Banyak warga yang lebih rela mengeluarkan uangnya demi rokok, burungperkutut dan sejenisnya daripada untuk pendidikan anaknya. Masyarakat juga sering tidak peduli dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung pendidikan. Aapakah itu komunitas preman, komunitas lokalisasi, lingkungan dimana dengan vulgar perjudian, kekerasan, kemesuman serta jurang pemiah kaya dan miskin yang tajam jelas-jelas berpengaruh terhadap pendidikan nak didik.Masyarakat juga terkondisi tidak menguntungkan bagi pendidikan dimana tripusat pendidikan berjalan sendiiri-senddiri. Mereka lebih beranggapan bahwa prendidikan merupakan tanggungjkawab sekolah semata. Sementara sekolah masih belum berfungsi seperti yang diharapkan oleh karena berbagai macam kekurangan yang masih membelitnya.

Budaya Kerja

Salah satu budaya manusia adalah bekerja. Dari bekerja yang dilakukan dimanapun dalam bidang apapun akan diperoleh hasil. Tulisan ini ingin mendiskusikan produk manusia dalam bidang pendidikan khususnya persekolahan. Dengan kata lain ingin menyoroti produk atau hasil kerja guru dari segi karakteristik jasa..
Secara umum produk hasil kerja manusia akan dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan, yaitu produk dalam bentuk :

· Barang (goods) seperti misalnya : tv, kipas angin, sepedamotor, kosmetk, obat dll.
· Jasa (service) yang dapat ditemui di : hotel, sekolah, salon, kesehatan dll.

Jika dilihat dari sis manajemen dan jasa maka kinerja guru dalam bidang Pendidikan merupakan mata rantai dari aktivitas, sampai manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Untuk bahan perbandingan kualitas produk jasa pendidikan dimata pelanggan, dapat dikemukakan sebagai contoh bagaimana masyarakat di Jepang dan Amerika didlam menilai produk jasa sbb.:


AMERIKA SERIKAT

Nama yang terkenal
Rekomendasi dari mulut ke mulut
Pengalaman masa lalu
Kinerja performance
Dayatahan
Kecakapan kerja workmansheep
Harga
Reputasi pemanufktur

JEPANG

Nama yang terkenal
Kinerja
Kemudahan unttuk menggunakan
Dayatahan
Harga


Sementara itu Zeithaml dkk mencoba mengidentifikasi kulitas jasa melalui :

1. Bukti langsung ( tangibel ) : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, sarana komunikasi
2. Keandalan ( reliability ) : kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan
3. Dayatanggap ( responsiveness ) : keinginn para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan senang hati
4. Jaminan ( assurance ) : jaminan kemampuan, pengetahuan, sikap moral dapat dipercaya serta bebas dari bahaya, resiko atau keraguan
5. Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan


Karakteristik produk jasa juga ditengarai sebagai :

· Intangibility
Tidak dapat dilihat, dirasa, diraba dicium atau didengar sebelum dibeli
Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum ia menikmatinya sendiri.
Pekerjaan guru termasuk jasa, bukan produk yang langsung dapat dilihat, dirasa. Untuk mengurangi ketidak pastian tanda-tanda atau kualitas jnya perlu dilihat dari tempat place, orang people, alat equipment, bahan komunikasi communication, simbol dan harga.
Guru atau kepala sekolah dtantang untuk dapat memberikan bukti-bukti hal tersebut.

  • · Inseparability
    Produk barang dibeli lalu dikonsumsi. Sedang produk jasa dibelu dulu baru digunakan. Untuk itu interaksi antara penjual dan pembeli harus selalu dibangun dengan baik. Beri perhatian khusus dalam membangun komunikasi ini.

    · Variability
    Jasa sangat bervariasi. Dalam jasa pendidikan kemampuan manusia terlibat lebih banyak daripada peralatan. Hal ini menjadikan hasilnya kurang atau sulit distandarisasi, oleh karenanya perlu ditandai 3 pendekatan kualitas pengendaliannya :
    a. Seleksi personal dan pelatihan personal yang baik
    b. Melakukan standarisasi proses
    c. Memantau kepuasan pelanggan

    · Perishability
    Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama tak dapat disimpan. Kursi siswa yang kosong tetap menanggung beban biaya.oleh karenanya harus diupayakan agar pemakai konstan.

    Dalam mengelola jasa akan ditemui masalah-masalah
    o Yang berkaitan dengan karakter intangible
    o Memperbaiki penampilan : tempat, alat, sumber daya manusia, bahan komunikasi, simbol dan harga dan citra atau image yang baik dan kuat
    o Melakukan seleksi dan pelatihan sumber daya manusia dan pelayanan yang baik.
    o Mengupdate alat dan service costummization

    Kualitas jasa
    Kualitas jasa ditentukan melalui:
    o Pelayanan yang cepat, tepat, ramah, nyaman
    o Pemahaman akan harapan dan kepuasan pelanggan

    Dimensi kualitas
    o Kinerja
    o Cara-cara istimewa
    o Kehandalan
    o Sesuai spesifikasi
    o Daya tahan
    o Pelayanan
    o Estetika
    o Citra produk

    Untuk pekerjaan di bidang pendidikan akan cenderung dituntut :
    Konsistensi kerja - performance dan kemampuan kerja
    Responsiveness yaitu memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan
    Kompetensi setiap orang untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang benar-benar dibutuhkan
    Kemudahan, keramahan untuk dihubungi (accesability)
    Sikap kesediaan, respek, santun, perhatian dalam berkomunikasi
    Komunikatif selalu berusaha memberi informasi, tidak harus diminta
    Kredibility kejujuran dan kepercayaan
    Keamanan dari bahaya, resiko, keragu-raguan termasuk kerahasiaan
    Upaya memahami kebutuhan pelanggan
    Bukti fisik yang jelas akan teknologi yang dipakai

    Sedang Parasuraman dkk mengemukakan adanya 5 dimensi jasa yaitu :
    o Bukti langsung
    o Kehandalan
    o Daya tanggap
    o Jaminan
    o Empati

    Untuk itu diperlukan sikap yang berkaitann dengan :
    o Kepemimpinan
    o Pendidikan
    o Perencanaan
    o Review
    o Komunikasi
    o Penghargaan dan pengakuan

    Salah satu contoh adalah upaya perusahaan penerbangan meningkatkan pelayanan dengan meyakinkan pelanggan melalui mottonya sebagai berikut :


    · Ketulusan hati kami
    bagian dari inspirasi ….( perjalanan) … anda

    · Kami terus berupaya mengungkap
    segala keinginan anda

    · Kami memahami segala kepentingan anda
    dalam kenyamanan …( perjalanan)

    · Berhasilnya urusan anda di tempat tujuan
    bagian dari tanggungjawab kami

    · Beritahu kami
    untuk pelayanan yang anda inginkan
    dalam …( perjalanan) yang menyenangkan

    · Di udara kami utamakan
    di darat kami kedepankan

    · Tidak ada yang harus dikuatirkan
    keberangkatan anda selalu kami utamakan

    · Kemitraan kami jalin
    untuk meningkatkan kepuasan perjalanan anda

    · Teruji oleh waktu, tertempa oleh kendala
    kami terus mengudara

    · Bukan sekedar jawaban
    namun kami membebaskan biaya saluran

    · Kedekatan kami disamping anda membuahkan gagasan untuk mempercantik diri

    · Kesempurnaan pelayanan adalah pekerjaan tanpa batas yang akan terus kami lakukan


    Betapapun manajemen sekolah dalam membina pelayanan guru melaui proses pembelajaran terhadap siswa, maupun pelayanan kepada orang tuanya, para stakeholder dan masyarakat lingkungan sekolah akan memberi dampak yang sangat besar dalam upaya peningkatan potensi maupun pengembangan sekolah.
    Tentunya harus mennjadi komitmen manajer sekolah dan para guru
    Semoga bermanfaat